Sabtu, 29 Oktober 2011

PENGERTIAN HUKUM

PENGERTIAN HUKUM


 

Hukum ialah :

اِثْبَاتُ اَمْرٍاِلىٰ اٰخَرَ اِيْجَابًااَوْسَلَبًا

Menetapkan suatu perkara kepada perkara yang lain ada ataupun tiada (positif atau negatif)

Contohnya , menetapkan sesuatu itu merah atau tidak , sesuatu itu benar atau salah, pekerjaan wajib atau tidak, halal atau haram, pekerjaan sunat atau makruh, dsb.


 

Hukum terbagi menjadi tiga macam

  1. Hukum Syara' yaitu hukum Allah yang terbagi kepada wajib, haram, sunat, makruh, dan mubah (halal atau jaiz)
    1. Arti wajib menurut syara' ialah setiap perkara yang harus dikerjakan dengan ketentuan, berpahala mengerjakannya dan berdosa mengerjakannya, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, menutup aurat, dll
    2. Arti haram menurut hukum syara' ialah setiap perkara yang tidak boleh dikerjakan atau harus ditinggalkan dengan ketentuan, berpahala meninggalkannya dan berdosa mengerjakkannya, seperti: berzina, mencuri, mengumpat orang lain, berdusta, dll.
    3. Arti sunat menurut hukum syara' ialah setiap perkara yang baik dikerjakan dengan ketentuan, berpahala mengerjakannya dan tidak berdosa meninggalkannya, seperti: mengucapkan salam, memakai wewangian, dll.
    4. Arti makruh menurut hukum syara' ialah setiap perkara yang tidak baik dikerjakan dan berpahala jika meninggalkannya, seperti: tidur sambil telungkup, buang air kecil / besar sambil bicara, makan makanan yang berbau, dsb.
    5. Arti mubah menurut hukum syara' ialah setiap perkara yang boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan, seperti: berpakaian yang bagus, makan makanan yang lezat, mempunyai kendaraan yang bagus, dsb.
  2. Hukum akal yaitu, hukum yang berdasarkan hasil pemikiran manusia, terbagi menjadi tiga macam, yaitu: wajib, mustahil ( tidak dimengerti oleh akal) , jaiz ( bisa dimengerti ada atau tiadanya).
    1. Arti wajib menurut akal ialah sesuatu yang mesti ada dan tidak dapat dipahami kalau tidak ada, seperti: bagi setiap wujud (sesatu benda) wajib mempunyai tempat tinggal, tidak dapat dipahami jika tidak mempunyai tempat tinggal, wajib adanya yang membuat setiap makhluk, dsb.
    2. Arti mustahil menurut akal ialah, sesuatu yang tidak dimengertioleh akal adanya, seperti: benda itu tidak diam dan tidak bergerak. Kalau ada benda yang demikian, tidak dapat dimengerti , yakni, mustahil menurut akal, sebab, setiap benda itu wajib diam atau bergerak. Kalau diam pastilah tidak bergerak. Kalau bergerak pastilah tidak diam. Atau seperti: benda itu tidak ada yang membuat, itu hal yang mustahil menurut akal.
    3. Arti jaiz menurut akal ialah sesuatu yang dapat dimengerti ada ataupun tiadanya, seperti: benda itu diam atau bergerak, orang itu hidup sebab ia bernafas atau orang itu mati sebab sudah tidak bernafas. Hal-hal seperti ini bersifat jaiz yakni dapat dimengerti.
  3. Hukum adat, ialah hukum yang berdasarkan kebiasaan karena sering terjadi, sehingga akhirnya dijadikan hukum menurut adat. Contoh : api memanaskan, makanan mengenyangkan, air menyegarkan, golok dpat melukai atau memotong, obat bisa menyembuhkan, dsb.

    Hukum adat karena kebiasaan saja, pada hakekatnya tidak selalu demikian, sebab ada kalanya orang dibacok atau ditembak tidak mempan, orang sakit diobati tidak sembuh bahkan terus mati, orang dibakar tidak hangus sperti Nabi Ibrahim As dan sebagainya, suatu kejadian yang di luar kebiasaan. Sebab pada hakikatnya, bukan makanan yang menguatkan badan, bukan air yang menyegarkan, bukan obat yang menyembuhkan, bukan api yang memanaskan atau menghanguskan, melainkan semua kejadian ditentukan oleh Allah Zat Yang Mahakuasa.

    Hanya sala biasanya, bila orang makan, Allah menjadikan kenyang atau kuat, bila orang minum, Allah menjadikan segar, bila kena atau menyentuh api, Allah menjadikan hangus, bila orang menanam bibit tanaman, Allah menjadikan tanaman itu tumbuh, bila orang belajar ilmu, Allah memberi ilmu, bila orang sakit diobati, Allah menjadikan ia sembuh. Bila Allah tidak menjadikan apa-apa terhadap orang yang berbuat sesuatu, seperti yang tersebut di atas, maka orang tersebut tidak merasakan atau tidak mengalami perubahan apapun. Yakni, obat tidak menyembuhkan dengan sendirinya, api tidak dapat menhanguskan atau memanaskan dengan sendirinya, dan sebagainya.

    Sungguh banyak kejadian yang menyalahi adat kebiasaan, terutama yang dialami oleh para rasulullah dengan mukjizatnya, para waliyullah dengan keramatnya, oleh orang mukmin dengan maunatnya dan oleh orang fasik dengan istidrajnya. Karena itu menjadi bukti bahwa benda benda itu pada hakekatnyya tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan, ia hanya sebagai alat saja. Adapun kekuatan dan kekuasaan yang mutlak, hanya ada pada Allah swt. Semua benda atau makhluk itu hanya sebagai penyebab belaka.


     

    يَجِبُ عَلىٰ كُلِّ مُكَلَّفٍ اَنْ يَعْرِفَ مَايَجِبُ فِىْ حَقِّهٖ تَعَالىٰ وَمَايَسْتَحِيْلُ وَمَايَجُوْزُ


     

    Wajib bagi setiap orang mukallaf (dewasa) mengetahui semua sifat yang wajib, perkara yang mustahil, serta jaiz pada hak Allah swt.

    Kewajiban mengetahui itu dengan pengetahuan dan pendirian yang kokoh atau kuat yang tidak mengandung keragu-raguan sedikitpun. Yakni berdasarkan keyakinan hati yang mantab dan dalil-dali yang kuat, baik dalil naqli dari Qur'an atau dalil 'akli ( hasil pemikiran ). Sebab, setiap kepercayaan tanpa dalil adalah kepercayaan yang hampa sebab tanpa dasar, bahkan dpat dikatakan khayalan belaka.


     


     


     


     


     


     

Selasa, 25 Oktober 2011

Saridin


 

Pada zaman dahulu, di daerah Miyono, Pati tinggallah Kiai dan Nyai Gede Keringan bersama seorang gadisnya bernama Ni Branjung. Setelah Ni Branjung tumbuh menjadi gadis remaja yang molek, timbullah kerinduan Kiai Keringan hendak mengasuh seorang anak lelaki yang tampan. Untuk. itulah Kiai Keringan dan istrinya selalu bertafakur, memohon ridha Allah agar dikabulkan keinginannya. Berkat doanya yang khusyuk, pada suatu hari ditemukanlah seorang bayi lelaki dengan perantaraan gaib Sunan Kudus yang mengatakan bahwa sesungguhnya bayi itu adalah putra Sunan Muria, salah seorang penyiar agama Islam yang sudah terkenal. Bayi itu berselimutkan kain kemben yang berasal dari kain penutup dada sang ibu.

"Asuhlah dengan bijak, agar kelak menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan agama. Adapun kemben itu kelak akan menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi setiap bahaya yang mengancamnya," kata Sunan Kudus seperti dimimpikan oleh Kiai Gede Keringan.

Tentu saja Kiai dan Nyai Gede Keringan sangat berbahagia dan berjanji akan melaksanakan amanat itu sebaik-baiknya. Sadar bahwa mereka sendiri hanyalah orang desa, bersepakatlah untuk memberi nama sang Dengan penuh kasih sayang, suami istri itu mendewasakan Ni Branjung dan Saridin sebagai kakak beradik hingga dewasa.

Sepeninggal sang Kiai, Saridin dan Ni Branjung hanya memperoleh harta warisan berupa sebatang pohon durian yang selalu lebat buahnya. Selama bertahun-tahun mereka pun bersepakat membagi hasil penjualan buah durian itu secara adil untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga masing-masing. Akan tetapi, suami Ni Branjung merasa tak puas dan ingin memiliki hasil sebanyak-banyaknya dari pohon itu. Pada suatu hari, berkatalah dia kepada Saridin.

"Adikku, mulai sekarang kita menjual durian itu sendiri sendiri supaya tidak repot menghitungnya. Kamu berhak menjual seluruh durian yang jatuh di siang hari, dan saya akan menjual seluruh durian yang jatuh setiap malam."

Mendengar tawaran itu, tahulah Saridin akan keserakahan kakak iparnya; biasanya durian yang masak akan berjatuhan di malam hari. Namun, Saridin dengan ikhlas menerima tawaran itu karena dia pun yakin akan kebesaran dan keadilan Tuhan dalam membagikan rezeki-Nya. Ujarnya dengan lembut, "Baiklah Kakak, kalau hal itu memang sudah menjadi keinginanmu. Mulai besok aku sendiri akan memungut durian yang jatuh di siang hari."

Keikhlasan hati Saridin mendapatkan ridha Allah sehingga banyaklah durian masak yang berjatuhan di siang hari. Hal itu menjadikan panasnya hati suami Ni Branjung yang menyadari siasatnya tidak berhasil. Selang beberapa waktu kemudian, datanglah suami Ni Branjung ke rumah Saridin untuk bertukar waktu. Harapannya ialah memperoleh banyak durian yang berjatuhan di siang hari. Akan tetapi, harapan itu justru menambah kekecewaannya karena ternyata tak banyak bahkan kadang tak ada durian masak yang jatuh di siang hari.

Pada suatu malam, timbullah niatnya yang jahat. Dengan mengendap-endap dan berkerudung kain loreng, pergilah suami Ni Branjung ke pohon durian itu. Setelah melihat datangnya Saridin maka berteriaklah suami Ni Branjung menirukan auman harimau loreng dengan maksud menakuti-nakuti Saridin. Namun, apakah yang terjadi?

Saridin yang terkejut tidak segera berlari, malahan melepaskan senjata goloknya dengan tangkas sehingga tewaslah suami Ni Branjung. Tentu saja kejadian itu menggegerkan banyak orang, dan segera dilaporkan oleh punggawa desa kepada Adipati Pemantenan di Kadipaten Pati.

Dalam persidangan di kadipaten, diputuskan hukuman gantung bagi Saridin karena terbukti bersalah membunuh kakak iparnya. Namun, Saridin membela diri dengan santun, "Ampun Kanjeng Adipati, niat hamba tidaklah membunuh saudara hamba sendiri, tetapi membunuh seekor harimau yang mengancam diri hamba. Oleh karena itu, hamba pun mohon dibebaskan dari hukuman.

Mendengar alasan itu, sang Adipati merasa ragu hendak melaksanakan hukumannya. Namun, selaku seorang penguasa, sulitlah dia mencabut keputusan itu. Kemudian, sang Adipati berkata dengan lembut, "Baiklah Saridin, hukuman itu hanyalah sebuah tipuan yang berupa ayunan. Jadi, wajiblah kamu menerimanya."

Saridin percaya sepenuhnya pada kata sang Adipati, padahal niat Adipati Pemantenan ialah melaksanakan hukuman gantung itu dengan sesungguhnya demi kewibawaan seorang penguasa. Akan tetapi, hukuman itu menjadikan banyak orang terheran-heran. Karena saat digantung para petugas tidak mampu menarik talinya karena terlalu berat. Saridin menawarkan ikut membantu, dijawab oleh Adipati: "boleh, asal bisa". Dan karena ijin itu Saridin lepas dari talinya, lalu ikut menarik tali gantungan. Hal itu membuat Adipati jengkel sekaligus terheran-heran.

Akhirnya atas perintah sang Adipati, Saridin dibatalkan dari hukuman gantung dan dimasukkan ke sebuah penjara yang kokoh besi-besinya.

Untuk memasukkan ke penjara bukan hal mudah, karena Saridin ngotot tidak bersalah. Akhirnya Adipati Jayakusuma, pemimpin pengadilan, menggunakan kalimat lain, bahwa Saridin tidak dipenjara, melainkan diberi hadiah sebuah rumah besar, diberi banyak penjaga, makan disediakan, mandi diantarkan. Akhirnya Saridin bersedia.

Sebelum dipenjara, Saridin bertanya apakah boleh pulang kalo kangen keluarganya. Petugas menjawab: "boleh, asal bisa".
Saridin pun menurut perintah untuk masuk penjara. Sekian hari kemudian, Saridin memohon kesempatan pulang ke rumahnya. Akan tetapi, jangankan dibukakan pintu oleh para sipir penjara, bahkan izin pun tidak diperolehnya. Sadarlah Saridin bahwa dirinya telah tertipu.

Pada suatu malam yang sepi, Saridin mengamalkan ilmu kesaktiannya sehingga ia bisa pulang menjenguk anak istrinya. Terbukti beberapa kali Saridin bisa pulang, keluar dari penjara di malam hari dan kembali lagi esok harinya. Akhirnya sang Adipati mengetahui tentang perilaku Saridin. Yang bisa keluar masuk penjara seenak perutnya sendirri. Sang Adipati akhirnya merasa jengkel, merasa dpermainkan oleh Saridin yang notabene adalah rakyat biasa. Karena sangat jengkelnya sang Adipati menyuruh semua petugas penjara membunuh Saridin saat itu juga. Mengetahui dirinya akan dibunuh, Saridin lari dari penjara. Tak sempat lagi ia kerumah, karena ia telah berstatus buronan. Akhirnya sampailah ia di Kudus. Di daerah itu ia dengar ada orang alim semisal gurunya dahulu. Namanya Sunan Kudus. Akhirnya ia berguru pada Sunan Kudus. Pertama kali di pesantren, ia disuruh bersyahadat oleh Sunan Kudus. Tetapi Saridin meminta waktu mempersiapkan diri untuk bersahadat.

Waktu yang diminta oleh Saridin untuk mempersiapkan diri telah dipenuhi. Dan kini ia harus membuktikan diri. Semua santri, tentu saja juga Sunan Kudus, berkumpul di halaman masjid.
Dalam hati para santri sebenarnya Saridin setengah diremehkan. Tapi setengah yang lain memendam kekhawatiran dan rasa penasaran jangan-jangan Saridin ternyata hebat.

Sebenarnya soalnya di sekitar suara, kefasihan dan kemampuan berlagu, Kaum santri berlomba-lomba melaksanakan anjuran Allah, Zayyinul Qur'an ana biashwatikum - hiasilah Qur'an dengan suaramu.

Membaca syahadat pun mesti seindah mungkin.

Di pesantren Sunan Kudus, hal ini termasuk diprioritaskan. Soalnya, ini manusia Jawa Tengah: lidah mereka Jawa medhok dan susah dibongkar. Kalau orang Jawa Timur lidahnya lebih luwes. Apalagi orang Madura atau Bugis, kalau menyesuaikan diri dengan lafal Qur'an, lidah mereka lincah banget.

Lha, siapa tahu Saridin ini malah melagukan syahadat dengan laras slendro atau pelog Jawa.

Tapi semuanya kemudian ternyata berlangsung di luar dugaan semua yang hadir. Tentu saja kecuali Sunan Kudus, yang menyaksikan semua kejadian dengan senyum-senyum ditahan.
Ketika tiba saatnya Saridin harus menjalani tes baca syahadat, ia berdiri tegap. Berkonsentrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. Matanya menatap ke depan. Ia menarik napas sangat panjang beberapa kali. Bibirnya umik-umik [komat-kamit] entah membaca aji-aji apa, atau itu mungkin latihan terakhir baca syahadat.
Kemudian semua santri terhenyak. Saridin melepas kedua tangannya. Mendadak ia berlari kencang. Menuju salah satu pohon kelapa, dan ia pilih yang paling tinggi. Ia meloncat. Memanjat ke atas dengan cepat, dengan kedua tangan dan kedua kakinya, tanpa perut atau dadanya menyentuh batang kelapa.

Para santri masih terkesima sampai ketika akhirnya Saridin tiba di bawah blarak-blarak [daun kelapa kering] di puncak batang kelapa. Ia menyibak lebih naik lagi. Melewati gerumbulan bebuahan. Ia terus naik dan menginjakkan kaki di tempat teratas. Kemudian tak disangka-sangka Saridin berteriak dan melompat tinggi melampaui pucuk kelapa, kemudian badannya terjatuh sangat cepat ke bumi.

Semua yang hadir berteriak. Banyak di antara mereka yang memalingkan muka, atau setidaknya menutupi wajah mereka dengan kedua telapak tangan.

Badan Saridin menimpa bumi. Ia terkapar. Tapi anehnya tidak ada bunyi gemuruduk sebagaimana seharusnya benda padat sebesar itu menimpa tanah. Sebagian santri spontan berlari menghampiri badan Saridin yang tergeletak. Mencoba menolongnya. Tapi ternyata itu tidak perlu.

Saridin membuka matanya. Wajahnya tetap kosong seperti tidak ada apa-apa. Dan akhirnya ia bangkit berdiri. Berjalan pelan-pelan ke arah Sunan Kudus. Membungkuk di hadapan beliau. Takzim dan mengucapkan, sami'na wa atha'na -aku telah mendengarkan, dan aku telah mematuhi.

Gemparlah seluruh pesantren. Bahkan para penduduk di sekitar datang berduyun-duyun. Berkumpul dalam ketidakmengertian dan kekaguman. Mereka saling bertanya dan bergumam satu sama lain, namun tidak menghasilkan pengertian apa pun.

Akhirnya Sunan Kudus masuk masjid dan mengumpulkan seluruh santri, termasuk para penduduk yang datang, untuk berkumpul. Saridin didudukkan di sisi Sunan. Saridin tidak menunjukkan gelagat apa-apa. Ia datar-datar saja.

"Apakah sukar bagi kalian memahami hal ini?" Sunan Kudus membuka pembicaraan sambil tetap tersenyum. "Saridin telah bersyahadat. Ia bukan membaca syahadat, melainkan bersyahadat. Kalau membaca syahadat, bisa dilakukan oleh bayi umur satu setengah tahun. Tapi bersyahadat hanya bisa dilakukan oleh manusia dewasa yang matang dan siap menjadi pejuang dari nilai-nilai yang diikrarkannya."

Para santri mulai sedikit ngeh, tapi belum sadar benar.

"Membaca syahadat adalah mengatur dan mengendalikan lidah untuk mengeluarkan suara dan sejumlah kata-kata. Bersyahadat adalah keberanian membuktikan bahwa ia benar-benar meyakini apa yang disyahadatkannya. Dan Saridin memilih satu jenis keberanian untuk mati demi menunjukkan keyakinannya, yaitu menjatuhkan diri dari puncak pohon kelapa."

Di hadapan para santri, Sunan Kudus kemudian mewawancarai Saridin: "Kamu tidak takut badanmu hancur, sakit parah atau mati karena perbuatanmu itu?"

"Takut sekali, Sunan."

"Kenapa kamu melakukannya?"

"Karena syahadat adalah mempersembahkan seluruh diri dan hidupku."

"Kamu tidak menggunakan otakmu bahwa dengan menjatuhkan diri dari puncak pohon kelapa itu kamu bisa cacat atau meninggal?"

"Aku tahu persis itu, Sunan."

"Kenapa kau langgar akal sehatmu?"

"Karena aku patuh kepada akal sehat yang lebih tinggi. Yakni bahwa aku mati atau tetap hidup itu semata-mata karena Allah menghendaki demikian, bukan karena aku jatuh dari pohon kelapa atau karena aku sedang tidur. Kalau Allah menghendaki aku mati, sekarang ini pun tanpa sebab apa-apa yang nalar, aku bisa mendadak mati."

"Bagaimana kalau sekarang aku beri kau minum jamu air gamping yang panas dan membakar tenggorakan dan perutmu?"

"Aku akan meminumnya demi kepatuhanku kepada guru yang aku percaya. Tapi kalau kemudian aku mati, itu bukan karena air gamping, melainkan karena Allah memang menghendaki aku mati."

Sunan Kudus melanjutkan: "Bagaimana kalau aku mengatakan bahwa tindakan yang kau pilih itu memang tidak membahayakan dirimu, insya Allah, tetapi bisa membahayakan orang lain?"

"Maksud Sunan?"

"Bagaimana kalau karena kagum kepadamu lantas kelak banyak santri menirumu dengan melakukan tarekat terjun bebas semacam yang kau lakukan?"

"Kalau itu terjadi, yang membahayakan bukanlah aku, Sunan, melainkan kebodohan para peniru itu sendiri," jawab Saridin, "Setiap manusia memiliki latar belakang, sejarah, kondisi, situasi, irama dan metabolismenya sendiri-sendiri. Maka Tuhan melarang taqlid, peniruan yang buta. Setiap orang harus mandiri untuk memperhitungkan kalkulasi antara kondisi badannya dengan mentalnya, dengan keyakinannya, dengan tempat ia berpijak, serta dengan berbagai kemungkinan sunatullah atau hukum alam permanen. Kadal jangan meniru kodok, gajah jangan memperkembangkan diri seperti ular, dan ikan tak usah ikut balapan kuda."

"Orang memang tak akan menyebutmu kadal, kuda, atau kodok, melainkan bunglon. Apa katamu?"

"Kalau syarat untuk terhindar dari mati atau kelaparan bagi mereka adalah dengan menyebutku bunglon, aku mengikhlaskannya. Bahkan kalau Allah memang memerintahkanku agar menjadi bunglon, aku rela. Sebab diriku bukanlah bunglon, diriku adalah kepatuhanku kepada-Nya. Selesailah pelajaran pertama Saridin di pesantren.
Namun Saridin masih tetap dilecehkan oleh para santri. Selama di pesantren, Saridin sering menunjukkan kebolehannya dan membuat ulah yang aneh-aneh sehingga membuat para santri jengkel. Perilaku Saridin di perguruan Kudus tidak hanya menjengkelkan para santri yang merasa diri senior, tetapi juga merepotkan Sunan Kudus. Sebagai murid baru dalam bidang agama, orang Miyono itu lebih pintar ketimbang para santri lain.

Belum lagi soal kemampuan dalam ilmu kasepuhan. Hal itu membuat dia harus menghadapi persoalan tersendiri di perguruan tersebut. Dan itu dia tunjukkan ketika beradu argumentasi dengan sang guru soal air dan ikan.

Untuk menguji kewaskitaan Saridin, Sunan Kudus bertanya, "Apakah setiap air pasti ada ikannya?" Saridin dengan ringan menjawab, "Ada, Kanjeng Sunan."

Mendengar jawaban itu, sang guru memerintah seorang murid memetik buah kelapa dari pohon di halaman. Buah kelapa itu dipecah. Ternyata kebenaran jawaban Saridin terbukti. Dalam buah kelapa itu memang ada sejumlah ikan. Karena itulah Sunan Kudus atau Djafar Sodiq sebagai guru tersenyum simpul.

Akan tetapi murid lain menganggap Saridin lancang dan pamer kepintaran. Karena itu lain hari, ketika bertugas mengisi bak mandi dan tempat wudu, para santri mengerjai dia. Para santri mempergunakan semua ember untuk mengambil air.

Saridin tidak enak hati. Karena ketika para santri yang mendapat giliran mengisi bak air, termasuk dia, sibuk bertugas, dia menganggur karena tak kebagian ember. Dia meminjam ember kepada seorang santri.

Namun apa jawab santri itu? "Kalau mau bekerja, itu kan ada keranjang." Dasar Saridin. Keranjang itu dia ambil untuk mengangkut air. Dalam waktu sekejap bak mandi dan tempat wudu itu penuh air. Santri lain pun hanya bengong.

Cerita soal kejadian itu dalam sekejap sudah diterima Sunan Kudus. Demi menjaga kewibawaan dan keberlangsungan belajar para santri, sang guru menganggap dia salah. Dia pun sepantasnya dihukum.

Sunan Kudus pun meminta Saridin meninggalkan perguruan Kudus dan tak boleh lagi menginjakkan kaki di bumi Kudus. Vonis itu membuat Saridin kembali berulah. Dia unjuk kebolehan.

Tak tanggung-tanggung, dia masuk ke lubang WC dan berdiam diri di atas tumpukan ninja, karena hukumannya tak boleh menginjak bumi Kudus. Pagi-pagi ketika ada seorang wanita di lingkungan perguruan buang hajat, Saridin berulah. Dia memainkan bunga kantil, yang dia bawa masuk ke lubang WC, ke bagian paling pribadi wanita itu.

Karena terkejut, perempuan itu menjerit. Jeritan itu hingga menggegerkan perguruan. Setelah sumber permasalahan dicari, ternyata itu ulah Saridin. Begitu keluar dari lubang WC, dia dikeroyok para santri yang tak menyukainya. Dia berupaya menyelamatkan diri. Namun para santri menguber ke mana pun dia bersembunyi. Saridin terpaksa berlari sambil mengejek orang orang yang mengejarnya.

Ketika sampai di sebuah pasar, Saridin terus saja' berlari dan mengumpat-umpat sehingga mengejutkan orang-orang yang melihatnya. Banyak perempuan di pasar itu yang segera bubar karena ketakutan. Di antara mereka ada yang bertanya kepada Sunan Kudus, "Siapakah gerangan orang gila yang mengganggu pasar itu, Kanjeng Sunan?"

"Siapa yang dimaksud? Apakah lelaki yang gagah perkasa itu? Oh, dia bukan orang gila. Dia itu seorang muridku yang pandai dan sakti. Sayang sekali, orangnya nakal. Dulu orang-orang memanggilnya Saridin. Biarlah dia pergi, mudah-mudahan masih sempat menyadari kesalahannya."

Lagi-lagi Saridin menjadi buronan. Selagi berkeluh kesah, menyesali diri, dia bertemu kembali dengan sang guru sejati, Syekh Malaya, yakni Sunan Kalijaga

Sang guru menyatakan Saridin terlalu jumawa dan pamer kelebihan. Untuk menebus kesalahan dan membersihkan diri dari sifat itu, dia harus bertapa mengambang atau mengapung di Laut Jawa!! Saridin kaget! Dia tak bisa berenang. Sunan Kalijagapun berlaku bijak dan memberikan dua buah kelapa dia ikat sebagai alat bantu untuk menopang tubuh Saridin agar tak tenggelam. Gusti Allah Maha memberikan keselamatan, tapi percayalah aku akan selalu jangkung keselamatan jiwamu, berangkatlah kamu menyebrang lautan dengan membawa kelapa, aku selalu Jangkung kamu, oleh sebab itu saat ini namamu aku beri nama Jangkung… Demikan ucapan sang Sunan Kalijaga. Saridin mengerti betul ucapan sang Sunan, karena dahulu itulah yang diajarkan sunan Kalijaga kepadanya. Setelah berhari-hari bertapa di laut dan hanyut terbawa ombak akhirnya dia terdampar di Palembang!! Saat dilaut itulah Saridin merasakan betapa kecilnya manusia. Betapa senangnya Saridin ia selamat. Ia berjanji akan menjadi orang baik dan bertaubat melakukan syiar. 

Orang-orang heboh melihat Saridin. Apalagi Saridin berkata ia datang dengan dua batok kelapa! Sebagian menganggap Saridin orang gila. Tapi Saridin yang sudah berjanji tidak sombong tetap tenang. Saat Saridin sedang diolok-olok warga, muncul penguasa setempat bernama Raja Mina. Raja bertanya apa yang terjadi. Warga menjelaskan pada Raja tentang ucapan Saridin. Akhirnya Raja mengajak Saridin ke tanah lapang. Raja lalu minta pada Saridin agar menunjukkan kehebatannya. Raja minta Saridin agar menghitung jumlah prajuritnya yang ada dalam waktu singkat. Dengan cepat Saridin melesat dengan cepat ke atas, berlari dari ujung ke ujung tombak yang mengacung ke langit. Semua dihitung dengan cepat seperti kilat. Ia berada di hadapan Raja dengan menebak jumlah pasukan yang berbaris. Raja tertunduk, bergetar dan ciut nyalinya menghadapi kesaktian Saridin, seketika itu Raja takluk dihadapan Saridin, namun Saridin tidak menerima sembah bekti, ia menyarankan untuk tunduk kepada Sultan Agung saja, sebab Saridin adalah salah satu hamba dari Mataram. Dengan demikian Raja tunduk-takluk kepada Sultan Agung tanpa perlawanan sama sekali.

Saridin melanjutkan perjalanannya lewat laut dengan masih membawa daun Jati dan buah kelapa, di tengah perjalanan ia dihadang oleh sekelompok Bajak laut yang mau merampok, di bawah pimpinan Somad. Somad sempat mendengar kehebatan Saridin alias Syeh Jangkung. Somad menyiapkan 10 anak buahnya untuk mengepung Saridin. Anak buah Somad lengkap membawa pedang. Saat perampok akan menghunuskan pedangnya ramai-ramai pada Saridin, ternyata Saridin sudah berubah menjadi gedebok pisang. Saat semua perampok bingung, mencari di mana Saridin, ternyata Saridin sedang di atas perahu. Semua mengejar Saridin. Yang ada, nampak ada banyak sekali kepiting muncul dari dalam pasir menyerang kaki anak buah Somad. Para perampok itu dibuat tak berdaya oleh Saridin, bahkan mereka bertaubat untuk menjadi murid Saridin. Saridin alias Syeh Jangkung memerintahkan muridnya yang bekas Bajak Laut untuk mengamankan wilayah pelayaran laut Jawa. Somad, sang pemimpin berkata ia sangat ingin belajar semua ilmu yang dimiliki Saridin.

Saridin meneruskan perjalanan. Ia sampai di Negeri Ngerum. Di Ngerum tiba-tiba ia melihat satu lelaki nampak menjadi bulan-bulanan warga. Ternyata lelaki bernama pak Toyo itu dituduh sudah mencuri pacul Pak Lurah dan akan menjualnya. Pak Lurah berkata, sebagai hukuman karena Toyo sudah mencuri paculnya, jadi tangan Pak Toyo harus dipotong sebagai hukuman. Toyo bersumpah tidak mencuri. Ia bersumpah kalau mencuri pacul Pak Lurah, ia siap dihukum mati. Istri Toyo yang cantik berkata suaminya nggak mungkin mencuri. Istri Toyo berkata ini adalah fitnah Pak Lurah karena ia selalu menolak rayuan Pak Lurah. Ia nampak marah dan menuduh istri Toyo mengada-ada. Saridin tersenyum. Saridin berkata bagaimana kalau ia mengganti pacul itu dengan pacul emas? Apakah Pak Lurah akan memaafkan Toyo? Dengan mata melotot Pak Lurah berkata iya. Dalam sekejap Saridin mengubah pacul berubah menjadi emas. Mata Pak Lurah melotot senang dan langsung mengambil pacul itu. Tapi Saridin berkata, apa Pak Lurah mau janji tidak mengganggu istri Toyo lagi? Pak Lurah yang sudah gelap mata melihat emas mengangguk. Secara tidak sadar pak Lurah mengakui kesalahannya sering mengganggu istri Toyo. Pak Lurah menggendong pacul itu sambil suka cita. Ia seperti orang gila, hingga tak sadar pacul yang dibawanya berubah menjadi sapu ijuk. Pak Lurah marah! Ia merasa Saridin sudah mengerjainya. Dengan marah ia mengayunkan sapu ijuk itu ke arah Saridin. Pak Lurah terjungkal kesakitan. Ia gemetar dan minta maaf pada Saridin. Pak Lurah mengakui kesalahannya sudah memfitnah Toyo karena cemburu melihat istri Toyo yang cantik. 

Melihat kehebatan Saridin, penguasa Ngerum memanggilnya dan mengangkat Saridin sebagai penasehat Raja Ngerum. Namun Saridin beberapa saat kemudian mohon pamit kepada penguasa Ngerum untuk melanjutkan syiarnya. Sebelum berangkat penguasa Ngerum memberikan surat Kanjengan yang menetapkan Saridin sebagai Syeh. Sehingga namanya diganti Syeh Jangkung.

Akhirnya
Sampailah ia di Cirebon. Betapa sedihnya Syeh Jangkung karena wilayah tersebut sedang mengalami wabah pagebluk, Sultan Cirebon memerintahkan prajuritnya untuk mengumumkan sayembara, barang siapa yang bisa menyembukan warga dari penyakit pagebluk, mendapat hadiah sangat banyak. Syeh Jangkung menghadap Sultan. Ia minta Sultan mengumpulkan seluruh rakyatnya di alun-alun dan ia akan mengobati seluruh rakyat dengan satu batok kelapa. Banyak menyangsikan apakah cukup airnya, Syeh Jangkung meyakinkan bahwa airnya cukup. Tapi Syeh Jangkung meyakinkan ia mampu. Tak lama kemudian seluruh rakyat berkumpul. Syeh Jangkung menuangkan air di batoknya pada semua yang datang. Aneh!!! Air di dalam 1 batok itu tak pernah habis walau sudah diminumkan serta dibagikan pada warga lain! Dan selamatlah orang Cirebon dari pagebluk. Sultan memberikan banyak hadiah pada Syeh Jangkung. Tapi dengan ikhlas Syeh Jangkung memberikan hadiah itu pada seluruh rakyat miskin. Semua mengelu-elukan Syeh Jangkung.

Kehebatan Syeh Jangkung akhirnya sampai di telinga Sultan Agung Raja Mataram. Sultan Agung sedang bingung karena warga di Alas Roban mengadu karena saat ini banyak warga yang menderita karena Ki Jati, penguasa alas Roban sangat kejam dan banyak membunuh warga yang akan membuka ladang di daerah itu. Ki Jati adalah orang yang sangat sakti yang bisa berubah menjadi siluman ular yang sangat ganas. Tidak itu saja. Ki Jati yang menganut aliran sesat, selalu menculik gadis-gadis muda di sekitar alas roban untuk dijadikan tumbal agar ia tetap digdaya dengan ilmu hitamnya. Sultan Agung sangat prihatin. Ia lalu minta tolong pada Syeh Jangkung untuk menumpasnya. Syeh Jangkung lalu mendatangi Ki Jati. Tepat saat itu Ki Jati sedang memaksa seoran gadis untuk ikut dengannya. Syeh Jangkung langsung menahannya dan minta pada Ki Jati agar melepaskan gadis itu.

Terjadilah pertarungan hebat antara Syeh Jangkung dengan Ki Jati. Ki Jati kalah dan Syeh Jangkung minta agar Ki Jati berjanji akan meninggalkan alas roban. Namun Ki Jati masih menyimpan dendam pada Syeh Jangkung. Ia tetap akan membalas dendamnya pada Syeh Jangkung entah kapan itu. 

Sementara itu, Sultan Agung nampak senang atas keberhasilan Syeh Jangkung menumpas Ki Jati. Atas jasanya menumpas penguasa Alas Roban, Syeh Jangkung mendapat hadiah dari penguasa Mataram, Sultan Agung, untuk mempersunting kakak perempuannya, Retno Jinoli. Saat Syeh Jangkung berbahagia akan melaksanakan pernikahannya, Ki Jati yang masih dendam mengirim ilmu, menjadikan Retno Jinoli sebagai wanita bahu lawean. Maksudnya, lelaki yang menjadikannya sebagai istri setelah menikahi pasti meninggal. Dengan cara itulah Ki Jati bisa membunuh Syeh Jangkung. Syeh Jangkung kini harus berhadapan dengan siluman ular Alas Roban yang merasuk ke dalam diri Retno Jinoli. Dengan sungguh-sungguh Syeh Jangkung merukyah calon istrinya. Istri Syeh Jangkung sembuh dan siluman ular yang masuk ke raga Retno Jinali keluar. Ki Jati marah. ia mencegat Syeh Jangkung, terjadilah pertarungan ,hingga akhirnya Syeh Jangkung memenangkan pertarungan. Wanita trah Keraton Mataram itu lalu menjadi istri sah Syeh Jangkung dan diboyong ke Miyono. Syeh Jangkung alias Syeh Jangkung lalu membuka perguruan di Miyono yang dalam waktu relatif singkat tersebar luas sampai di Kudus dan sekitarnya. Kendati demikian, Syeh Jangkung bersama anak lelakinya, Momok, beserta murid-muridnya, tetap bercocok tanam.

 
 

 

 
 

Indhira Gandhi






Indhira Gandhi 




Seorang Perdana Menteri India yang ke tiga, Indira Gandhi menutup usianya pada 1984 silam lewat sebuah tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh pengawal pribadinya sendiri.

Menjadi perdana menteri wanita di India yang pertama, Indira menjabat sebagai perdana menteri sejak tahun 1966 dalam empat priode hingga dirinya tewas terbunuh pada 1984.

Perdana menteri wanita ini lahir pada 19 November 1917 dan merupakan putri dari tokoh India Jawaharlal Nehru. Indira mendapat nama Gandi karena dirinya menikah dengan Feroze Gandhi, meski demikian dirinya tidak memiliki hubungan darah dengan Mahatma Gandhi yang merupakan tokoh perdamaian dunia.

Dalam masa jabatannya, India pun mengalami peperangan dengan rivalnya, Pakistan. Peperangan India dan Pakistan menyebabkan instabilitas dan krisis finansial di India.

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Richard Nixon mendukung pakistan dan dirinya juga memperingatkan India agar tidak melakukan serangan. Secara personal, Nixon tidak menyukai Indira, Nixon menyebut Indira dengan sebutan "nenek sihir."

Pada Juni 1984 terjadi pemberontakan di Kota Punjabi tepatnya di Amitsar. Terjadi tragedi berdarah yang disebabkan kaum Sikh. Kaum Sikh membentuk gerakan perlawanan yang berpusat di Kuil Emas dan Indiria memerintahkan militernya untuk menyerbu tempat peribadatan tersebut.

Lebih dari seribu kaum Sikh tewas dalam penyerbuan di Kuil Emas yang dipelopori oleh Indira.

Salah seorang pengawal Indira yang merupakan pengikut Sikh adalah Beant Singh. Singh adalah orang yang tidak memiliki catatan kriminal dalam bentuk apa pun. Saat Singh ditugaskan untuk tinggal bersama Indira, dirinya ditemani oleh rekannya Satwant, seorang perwira polisi berpangkat rendah.

Indira meninggalkan tempat tinggalnya pada untuk menuju stasiun televisi. Saat dirinya menghampiri Singh, Singh tampak mengeluarkan pistol revolvernya dan menembakkan senjata itu ke arah Indira. Satwant pun mengeluarkan senapan mesinnya dan memberondong perdana menteri wanita itu hingga tewas.

Kedua pengawal Indira pun langsung melempar senjatanya dan menyerahkan diri dan Beant Singh akhirnya ditembak mati, sementara itu Satwant ditahan atas tuduhan konspirasi. Namun, Satwant akhirnya tewas dalam hukuman gantung di penjara Tihar.


 

Anwar Saddat


Anwar Saddat





Mohammad Anwar Al Sadat, seorang jendral besar dan juga merupakan Presiden Mesir yang ke tiga. Sadat dianggap sebagai figur yang cukup berpengaruh oleh Barat namun nasibnya berakhir tragis, yakni dibunuh dalam sebuah pawai.

Dilahirkan di Mit Abu Al Kum, Mesir, mantan penguasa Mesir ini adalah seorang keturunan Sudan. Keluarga Sadat juga tergolong miskin, namun hal ini tidak menghalanginya untuk mendapatkan pendidikan di sekolah militer.

Sadat pun akhirnya lulus dari akademi militer Mesir yang terdapat di Kota Kairo pada 1938 silam dan bergabung dalam Gerakan Perwira yang bertekad untuk membebaskan Mesir dari kolonialisme Inggris.

Menjabat sebagai wakil dari Presiden Gamal Abdul Naseer pada 1964 silam, dirinya pun langsung dilantik sebagai Presiden Mesir setelah Nasser wafat pada 1970. Sadat menjadi seorang penguasa Mesir yang bertahan hingga 11 tahun.

Bersama Presiden Suriah Hafez al Assad, Sadat memimpin perang melawan Israel (Perang Yom Kippur) untuk mengambil alih Gurun Sinai yang sudah direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari.

Meski demikian, pertempuran sengit ini pun berakhir dan Sadat pun menandatangani perjanjian damai dengan Israel.

Sebuah perjanjian damai antara salah satu negara Arab dengan Israel merupakan hal yang amat dikecam oleh dunia Arab. Perdamaian dengan negeri Zionis juga dianggap sebagai pengkhianat bagi masyarakat Arab. Dengan menandatangani perjanjian tersebut, Sadat sama halnya dengan menandatangai sebuah kontrak kematiannya sendiri.

Pada 6 Oktober 1981, parade militer digelar di Kota Kairo dalam rangka memperingati perang Yom Kipur pada tahun 1973. Dengan menggunakan seragam berwarna biru dan medalinya yang berwarna emas, Sadat duduk di barinsan pertama bersama Perdana Menteri Husni Mubarak.

Setelah peringatan itu selesai, pesawat jet pun terbang dan mengeluarkan asap warna warni di langit. Saat itulah muncul truk yang membawa senapan mesin berhenti di depan sang presiden, seorang personil militer Mesir Letnan Khaled Ahmed Islambouli muncul dan menghampiri Sadat.

Letnan Khaled justru melemparkan granat ke arah Sadat,dan beberapa pasukan pun tampak menembak ke arah tamu-tamu dan juga Sadat. Khaled pun kabur namun berhasil dibunuh oleh pengawal Sadat.

Jasad Sadat pun tampak berlubang akibat tembakan yang dilancarkan oleh pasukannya sendiri. Presiden Mesir itu akhirnya tewas di rumah sakit.

Menurut kabar, pembunuhan Sadat direncanakan oleh sekelompok militan yang menolak paham sekuler ala militer Mesir dan anti-Barat. Saat Gamal Abdul Nasser naik ke tampuk kekuasaan, pemerintahan sekuler Mesir pun dibentuk, dan para militan dibasmi oleh Nasser.

Pada 1981, Sadat memerintahkan agar 1.500 militan itu ditangkap, dan penangkapan ini semakin menyulut amarah para militan, ditambah lagi dengan adanya penandatanganan perjanjian damai antara Mesir dan Israel itu.

Moammar Khadafi


Moammar Khadafi





 

Sosok Moammar Khadafi, seorang yang menguasai Libya selama 42 tahun menemui ajalnya di kota kelahirannya sendiri lewat sebuah amukan massa dan juga penembakan pekan lalu. Kematian Khadafi juga membuat pergolakan politik di dunia Arab semakin bergejolak.

Mantan penguasa Libya ini lahir di Kota Sirte pada 7 Juni 1942 dan menguasai pemerintahan Libya setelah menggulingkan kekuasaan monarki di Libya yang dipimpin oleh Raja Idris. 


 

Setelah naik ke tampuk kekuasaan, dirinya langsung menggunakan filsafat politik berbasis pan-Afrika, pan-Arab dan anti-imperialisme yang dicampur dengan beberapa unsur Islam.

Khadafi bahkan membuat sebuah sistem politik bernama "Jamahiriyah" yang berarti pengelolaan kemasyarakatan. Sistem tersebur diartikan, pemerintahan Libya secara totalitas dipegang oleh rakyat Libya.


Pemimpin yang selalu menentang Barat ini juga sering kali dituding melancarkan aksi teror dengan mendanai serta mempersenjatai beberapa kelompok pemberontak di wilayah Afrika. Selain itu, ada pula beberapa insiden pengeboman yang diduga melibatkan Khadafi. Dirinya juga dianggap melakukan tekanan terhadap para oposisinya sendiri.


Pada Februari 2011, di mana Mesir telah menggulingkan rezim militeristik Husni Mubarak yang sudah bertahan lama, muncul gelombang demonstrasi di Libya yang menentang Khadafi. Gelombang demonstrasi itu bahkan menjelma menjadi perang saudara. Para penentang Khadafi pun dibantu oleh North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan juga negara Barat lainnya.


Oposisi Libya yang mengobarkan perang terhadap Khadafi akhirnya berhasil mengalahkan penguasa Libya tersebut dan membunuhnya dengan sadis.


Stasiun televisi Aljazeera memberitakan, Khadafi ditemukan oleh para pasukan revolusi Libya di kampung halamannya sendiri. Khadafi pun dihakimi, dipukuli, dan diinjak-injak oleh para penentangnya. Setelah itu, seseorang pun melepaskan tembakan ke perut dan kepala Khadafi dan menewaskannya.


Khadafi memegang teguh sumpahnya yang mengatakan, dirinya takkan meninggalkan tanah leluhurnya dan tidak akan lari dari Libya. Saat masih hidup, Khadafi pun selalu melancarkan propaganda agar para pendukungnya tetap berjuang sampai mati menghabisi para penentang Khadafi.


Hingga saat ini, Khadafi pun belum dikuburkan dan masih ditempatkan di sebuah ruangan pendingin di pertokoan di Kota Misrata.


Dewan Transisi Nasional (NTC) yang saat ini berkuasa di Libya juga menyatakan penyesalannya atas kematian Khadafi. Mereka menilai, Khadafi seharusnya hidup karena dirinya akan segera diadili.


 

Saddam Hussein



 

Saddam Hussein






Saddam Hussein Abd al Majid al-Tikriti dinobatkan sebagai Presiden Irak ke lima dengan masa jabatan yang cukup lama yakni 1979 hingga 2003. Saddam menemui ajalnya saat dirinya berusia 69 tahun lewat sebuah hukum gantung.

Lahir di Kota Tikrit Irak, 1937. Nama "Saddam" yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti "Dia yang menantang." Saddam tak pernah mengenal ayahnya sendiri Hussein Abd al Majid karena sang ayah menghilang enam bulan sebelum Saddam lahir. Kakak Saddam pun meninggal pada usianya yang ke 13 karena kanker.

Kehidupan Saddam pun sejak kecil sudah tampak keras. Ibunya juga mengalami depresi akibat kehilangan dari beberapa anggota keluarganya. Saddam juga sering terlibat perkelahian antar kelompok dan mempersenjatai dirinya. Di usianya yang ke 19 tahun, Saddam sudah bergabung dalam komplotan yang hendak menumbangkan kekuasaan monarki Irak dan dirinya pun sempat melakukan percobaan pembunuhan dengan menembak Perdana Menteri Irak dengan senapan mesin.

Saddam bergabung dengan Partai Baath dan partai inilah yang menjadi kendaraan Saddam menguasai Irak. Saat itu Presiden Irak Abdul Rahman Arif dari Partai Baath digulingkan oleh Hasan Al Bakr yang merupakan ketua partai tersebut. Saddam pun diangkat sebagai Presiden menggantikan Abdul Rahman Arif.

Di era kepemimpinan Saddam, Saddam pun memerintah warganya dengan tangan besi. Dirinya membunuh pada oposisinya, dan juga para ulama yang menentang Saddam. Saddam juga membantai rakyat Kurdi yang ada di bagian utara dan warga Syiah di selatan Irak.

Mayoritas masyarakat Irak menganut paham Syiah, namun Saddam adalah sosok penganut Sunni. Oleh karena itulah warga Syiah kerap mengalami penindasan di era rezim Saddam Hussein.

Irak pun menjadi mitra bagi Amerika Serikat (AS). Dalam Perang Irak dan Iran yang terjadi pada 22 September 1980, AS pun tampak menyatakan dukungannya ke Irak.

Namun hubungan Irak dan AS kian memburuk di awal dekade 1990 ketika Irak hendak menginvasi Kuwait. Dalam sebuah pertemuan dengan perwakilan AS, Diplomat AS April Glaspie menyatakan komentarnya, dirinya tidak ingin berkomentar banyak mengenai perang negara-negara Arab. Saddam pun langsung mengartikan, tidak akan ada tindakan yang diambil oleh AS bila Irak menginvasi Kuwait.

Namun, AS justru mengambil tindakan saat Irak menyerang Kuwait, negara kecil yang kaya akan minyak. Perselisihan Irak dan Kuwait sudah berlangsung sejak lama, dan faktor invasi tersebut disebabkan oleh masalah ekonomi.

AS pun mengambil tindakan yakni mengembargo Irak dan Irak pun langsung mengalami krisis ekonomi yang cukup serius. Kelemahan perekonomian Irak pun akhirnya dimanfaatkan oleh rival-rival Saddam untuk memberontak. AS pun menuding Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.

AS menginvasi Irak pada 2003 dan lewat dari serangan AS, Saddam Hussein pun tertangkap. Saddam tertangkap ketika dirinya bersembunyi di ruang bawah tanah. Saddam akhirnya didakwa atas pembantaian terhadap warganya dan divonis hukuman mati.

Mantan penguasa Irak ini pun dihukum gantung di Baghdad, Irak setelah dirinya diadili. 


 


 


 


 


 

Benito Mussolini



 

Benito Mussolini






 Benito Amilcare Andrea Mussolini, atau yang akrab disapa Benito Mussolini merupakan seorang mantan Perdana Menteri Italia yang pernah mengantarkan negara tersebut berubah menjadi sebuah negara fasis. Mussolini juga tewas dengan cukup sadis di tangan masyarakat.

Lahir di sebuah kota kecil Dovia di Predappio pada 29 Juli 1883 silam, Mussolini tampil sebagai Perdana Menteri Italia yang ke 40. Pria ini juga kerap disapa Il Duce saat dirinya menjabat sebagai perdana menteri. Kekuasaan Mussolini bertahan hingga tahun 1943, sebelum akhirnya tewas dibunuh.


Sebelum menjadi seorang fasis, Mussolini sempat bekerja sebagai seorang jurnalis dari organisasi sosialis di Italia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Mussolini pun meyakini paham sosialisme telah gagal. Pada 1919, Mussolini bahkan menyatakan paham sosialis telah mati, dirinya pun langsung mendirikan sebuah gerakan fasis di Italia.


Fasis merupakan ideologi ultranasionalis yang menjunjung tinggi sebuah persatuan. Lewat ideologi fasis, Mussolini berharap akan membangun Italia yang kuat seperti Kekaisaran Roma pada abad pertengahan. Lewat dari gerakannya, Mussolini mendapatkan dukungan dari militer, pengusaha, dan para fraksi ekstrim kanan Italia. 


Mussolini pun kerap melakukan pembunuhan politik terhadap oposisinya saat dirinya menjabat sebagai pemimpin pemerintahan Italia. Mussolini juga menjadi target pembunuhan oleh beberapa oposisinya. Pria ini juga menjadi pria yang menyeret Italia dalam Perang Dunia II.


Kematian Mussolini hampir mirip dengan kematian mantan penguasa Libya Moammar Khadafi. Mussolini juga dihakimi oleh massa di Lapangan Milan.


Mussolini juga dipaksa mundur dari kursi perdana menterinya pada 1943 silam setelah Italia mengalami kekalahan dalam perang di Afrika.


Mussolini tengah mencoba untuk melarikan diri dari negaranya bersama para pasukan Jerman, dan juga kekasihnya Clara Petacci. Mereka pun langsung ditangkap oleh para gerilyawan sosialis di Italia. Pemimpin fasis ini pun dihajar oleh massa, ditendang, dipukuli, dan diinjak-injak.


Bersama dengan kekasihnya, Mussolini pun ditembak mati. Namun jasad Mussolini diperlakukan dengan tidak baik, yakni digantung terbalik oleh sebuah pengait daging di Lapangan Milan oleh para penentang fasis. 

Senin, 24 Oktober 2011

Adipati Jipang

Adipati Jipang


 

Arya Penangsang atau Arya Jipang, adalah Bupati Jipang Panolan (sekarang cepu, blora) yang memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto, penguasa terakhir Kesultanan Demak tahun 1549, namun dirinya sendiri kemudian tewas ditumpas para pengikut Sultan Hadiwijaya, penguasa Pajang. Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna.

Silsilah

Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin atau sering disebut sebagai Pangeran Sekar, putra Raden Patahraja pertama Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki saudara lain ibu bernama Arya Mataram.

Pada tahun 1521 anak pertama Raden Patah yang bernama Adipati Kudus (orang Portugis menyebutnya Pate Unus, dikenal juga sebagai Pangeran Sabrang Lor karena melakukan penyerangan ke Malaka yang dikuasai Portugis) gugur dalam perang. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana, malah berebut takhta. Raden Mukmin atau yang disebut juga sebagai Sunan Prawoto (putra pertama Raden Trenggana) membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat di tepi sungai dengan menggunakan keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus. Sejak itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen ("Bunga yang gugur di sungai").

Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Ia dibantu oleh salah satu senapati Kadipaten Jipang yang terkenal bernama Tohpati. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.

Aksi pembunuhan

Raden Trenggana naik takhta Demak sejak tahun 1521 bergelar Sultan Trenggana. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai sultan keempat bergelar Sunan Prawoto.

Pada tahun 1549 Arya Penangsang dengan dukungan gurunya, yaitu Sunan Kudus, membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Kyai Setan Kober. Rangkud sendiri tewas pula, saling bunuh dengan korbannya itu.

Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto, menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudusmeminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa.

Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos, sedangkan suaminya, yang bernama Pangeran Hadari, terbunuh.

Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan Trengganayang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat.

Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Kyai Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk menghilangkan Tuah Rajah Kalacakra yang sebenarnya akan digunakan untuk menjebak Hadiwijaya tetapi malah mengenai Arya Penangsang sendiri pada waktu bertengkar dengan Hadiwijaya karena emosi Aryo Penangsang sendiri yang labil.

Mengenai Tuah Rajah Kalacakra, rajah ini sebenarnya dipasang oleh Sunan Kudus (yang adalah guru dari Arya Penangsang) untuk menjebak Hadiwijaya, dan rajah ini ditulis di atas kursi yang sebenarnya disediakan untuk Hadiwijaya. Namun Hadiwijaya berhasil mengetahui jebakan ini, dan malah dengan cerdiknya membuat Arya Penangsang duduk di atas jebakan yang dipasang gurunya sendiri. Arya Penangsang dan Hadiwijaya akhirnya saling bertengkar, dan di tengah-tengah emosinya, Arya Penangsang mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Hadiwijaya. Sunan Kudus berusaha melerai, dengan menyuruh Arya Penangsang untuk menyarungkan kerisnya. Maksud Sunan Kudus yang sebenarnya adalah menyuruh muridnya "menyarungkan" kerisnya ke perut Hadiwijaya, namun Arya Penangsang gagal menangkap maksud gurunya, dan malah benar-benar menyarungkan Setan Kober ke warangkanya. Hadiwijaya lantas pamit pulang, dan terhindar dari tipu muslihat Arya Penangsang dan gurunya.

Sayembara

Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia,, yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.

Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sama-sama murid Sunan Kudus dan sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.

Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukanPajang dan memberikan Tombak Kyai Plered untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta.

Kematian

Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.

Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati bengawan. Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Akibatnya perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milikSutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.

Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.

Dalam pertempuran itu Ki Matahun, patih Jipang, tewas pula, sedangkan Arya Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Matarammemang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.

Dampak budaya

Kisah kematian Arya Penangsang melahirkan tradisi baru dalam seni pakaian Jawa, khususnya busana pengantin pria. Pangkal kerisyang dipakai pengantin pria seringkali dihiasi untaian bunga mawar dan melati. Ini merupakan lambang pengingat supaya pengantin pria tidak berwatak pemarah dan ingin menang sendiri sebagaimana watak Arya Penangsang.

Kyai Juru Martani (lahir: ? - wafat: Mataram, 1615) adalah tokoh cerdik yang menjabat sebagai patih pertama dalam sejarah Kesultanan Mataram, bergelar Kyai Adipati Mandaraka.


 

Silsilah Ki Juru Martani

Ki Juru Martani adalah putra Ki Ageng Saba atau Ki Ageng Madepandan, putra Sunan Kedul, putra Sunan Giri anggota Walisangapendiri Giri Kedaton. Ibunya adalah putri dari Ki Ageng Sela, yang masih keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit (versi babad).

Juru Martani memiliki adik perempuan bernama Nyai Sabinah yang menikah dengan Ki Ageng Pamanahan, putra Ki Ageng Ngenis, putraKi Ageng Sela. Dengan demikian, Ki Ageng Pemanahan adalah adik sepupu sekaligus ipar Juru Martani.

Juru Martani memiliki beberapa orang anak yang menjadi bangsawan pada zaman Kesultanan Mataram, antara lain Pangeran Mandura dan Pangeran Juru Kiting.

Pangeran Mandura berputra Pangeran Mandurareja dan Pangeran Upasanta. Mandurareja pernah mencoba berkhianat pada pemerintahanSultan Agung tapi batal. Ia kemudian ikut menyerang Batavia yahun 1628 dan dihukum mati di sana bersama para panglima lainnya. Sementara itu Upasanta diangkat menjadi bupati Batang. Putrinya dinikahi Sultan Agung sebagai permaisuri, berputra Amangkurat I.


 


 

Peran Awal Ki Juru Martani

Nama Juru Martani muncul dalam Babad Tanah Jawi sebagai tokoh yang mendesak Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi agar berani mengikuti sayembara menumpas Arya Penangsang.

Arya Penangsang adalah bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto raja Demak tahun 1549. Sayembara diadakan olehHadiwijaya bupati Pajang dengan hadiah, tanah Pati dan Mataram.

Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi semula tidak berani mengikuti sayembara karena takut pada kesaktian Arya Penangsang. Setelah Ki Juru Martani berjanji menjadi pengatur strategi, maka keduanya pun berangkat mendaftar.

Strategi untuk Membunuh Arya Penangsang

Strategi untuk mengalahkan adipati Jipang disusun rapi oleh Juru Martani. Mula-mula Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara sambil membawa serta Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan). Hadiwijaya merasa tidak tega karena Sutawijayatelah menjadi anak angkatnya. Maka, ia pun memberikan pasukan Pajang untuk mengawal Sutawijaya.

Pasukan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi yang terdiri atas gabungan orang Pajang dan Sela berangkat dan menunggu di sebelah barat Sungai Bengawan Sore. Juru Martani melarang mereka menyeberang karena sungai tersebut sudah dimantrai oleh Sunan Kudus, guru Arya Penangsang.

Juru Martani kemudian menangkap tukang kuda musuh yang sedang mencari rumput. Telinga orang itu dipotong dan ditempeli surat tantangan atas nama Hadiwijaya.

Si tukang kuda pulang ke kadipaten Jipang melapor pada majikannya. Arya Penangsang marah melihat pembantunya dilukai, apalagi terdapat surat tantangan agar Arya Penangsang bertarung tanpa kawan melawan Hadiwijaya di tepi Sungai Bengawan Sore.

Arya Penangsang tidak kuasa menahan emosi. Ia pun berangkat melayani tantangan musuh. Siasat Juru Martani berhasil. Apabila surat tantangan dibuat atas nama Ki Ageng Pemanahan atau Ki Panjawi, pasti Arya Penangsang tidak sudi berangkat.

Arya Penangsang tiba di tepi timur Bengawan Sore berteriak-teriak menantang Hadiwijaya. Ia tidak berani menyeberang karena ingat pesan Sunan Kudus. Namun Juru Martani sudah menyusun rencana jitu. Sutawijaya disuruh naik kuda betina yang sudah dipotong ekornya.

Akibatnya, kuda jantan milik Arya Penangsang yang bernama Gagak Rimang bisa melihat alat vital si kuda betina. Kuda tersebut menjadi liar dan tidak terkendali sehingga membawa Arya Penangsang menyeberangi sungai mengejar kuda milik Sutawijaya.

Ketika Arya Penangsang baru saja mencapai tepi barat, Sutawijaya segera menusuk perutnya menggunakan tombak Kyai Plered. PerutArya Penangsang robek dan ususnya terburai. Namun ia masih bertahan. Ususnya itu disampirkan pada pangkal keris pusakanya.

Arya Penangsang yang sudah terluka parah masih bisa meringkus Sutawijaya. Sutawijaya dicekik sampai tidak berdaya. Juru Martani meneriaki Arya Penangsang agar bertarung secara adil. Karena Sutawijaya bersenjata tombak pusaka Kyai Plered, maka ia juga harus memakai pusaka jika ingin membunuh Sutawijaya.

Maka, Arya Penangsang pun mencabut keris pusaka Kyai Setan Kober yang terselip di pinggangnya. Akibatnya, usus yang tersampir di pangkal keris tersebut ikut terpotong, sehingga Arya Penangsang pun menemui kematiannya.

Pasukan Jipang dipimpin Patih Matahun datang menyusul majikan mereka. Melihat Arya Penangsang tewas, mereka pun menyerbu untuk bela pati. Kesemuanya itu dapat ditumpas oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi.

Sayembara telah usai. Ki Juru Martani menyusun laporan palsu bahwa, Arya Penangsang mati dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Apabila Hadiwijaya di Pajang mengetahui kalau pembunuh sebenarnya adalah Sutawijaya, tentu ia akan lupa memberi hadiah tanah Mataram dan Pati, mengingat Sutawijaya adalah anak angkat Hadiwijaya.


 


 

Ki Juru Martani Sebagai Penasihat Sutawijaya

Setelah mengalahkan Arya Penangsang tahun 1549, Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan tanah Mataram sejak tahun 1556. Ki Juru Martani ikut bergabung di desa itu. Ki Ageng Pemanahan meninggal tahun 1575, digantikan Sutawijaya, yang berambisi menjadikanMataram sebagai kerajaan merdeka.

Ki Juru Martani menjadi penasihat Sutawijaya. Ia juga mendukung perjuangan Sutawijaya selama masih berada pada jalan yang benar. Juru Martani pun berangkat bertapa ke puncak Gunung Merapi meminta bantuan penguasa di sana. Hasilnya, ketika terjadi perang melawan Pajang tahun 1582, Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan memuntahkan laharnya menyapu pasukan Sultan Hadiwijaya.

Kesaktian Ki Juru Martani

Juru Martani tidak hanya dikisahkan cerdik, tapi juga memiliki kesaktian tinggi, meskipun tidak pernah diceritakan bertarung melawan musuh.

Babad Tanah Jawi mengisahkan, Sutawijaya memiliki putra sulung bernama Raden Rangga yang suka memamerkan kesaktiannya. Suatu hari Raden Rangga disuruh pergi ke rumah Juru Martani untuk berguru. Pemuda itu pun berangkat dengan setengah hati karena merasa lebih kuat dari pada Juru Martani.

Sesampainya di tujuan, Juru Martani sedang salat. Raden Rangga menunggu di teras mushala sambil iseng melubangi batu lantai menggunakan jari. Juru Martani muncul dari dalam dan mengatakan kalau batu mushala tersebut keras jadi jangan buat mainan. Seketika itu juga, Raden Rangga tidak mampu lagi melubangi batu mushala dengan jarinya.

Sejak itu, Raden Rangga berguru pada Juru Martani dengan sepenuh hati karena ia yakin kalau orang tua yang dianggapnya lemah dan tidak pernah bertarung itu ternyata menyimpan kesaktian yang luar biasa.

Akhir Hayat Ki Juru Martani

Ki Juru Martani menjabat sebagai patih Kesultanan Mataram sejak pemerintahan Sutawijaya tahun 1586-1601. Dilanjutkan pemerintahanMas Jolang putra Sutawijaya yang memerintah tahun 1601-1613. Lalu digantikan oleh Adipati Martapura putra Mas Jolang yang menjadi raja satu hari, dan dilanjutkan Sultan Agung putra Mas Jolang lainnya yang naik takhta sejak tahun 1613.

Kyai Juru Martani alias Adipati Mandaraka meninggal dunia pada tahun 1615. Kedudukannya sebagai patih Mataram kemudian digantikan oleh Tumenggung Singaranu. Dengan demikian, Juru Martani mengabdi di Mataram dalam waktu yang sangat lama, yaitu ikut membukaAlas Mentaok menjadi desa Mataram, sampai awal pemerintahan Sultan Agung, cicit Ki Ageng Pemanahan.

Sultan Agung memerintah sampai tahun 1645 kemudian digantikan oleh putranya, bergelar Amangkurat I yang lahir dari permaisuri keturunan Ki Juru Martani.