Sabtu, 08 Oktober 2011

Uzair

Kisah Uzair

Ishaq bin Bisyr berkata : Sa'id bin Basyir telah mengabarkan kepada kami dari Qatadah dari Ka'ab dari Sa'id dari Abu 'Urubah dari Qatadah dari al Hasan dari Muqatil dari Juwaibir dari Adh Dahak dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin Ismail as Suddiy dari ayahnya dari Mujahid dari Ibnu Abbas dari Idris dari kakeknya dan Wahb bin Munabbih, Ishaq berkata : Mereka semua telah menceritakan kepadaku tentang Uzair. Satu sama lain saling menambahkan, mereka berkata dengan sanad mereka sendiri: Bahwasanya Uzair adalah seorang hamba yang shalih lagi bijaksana.

Pada suatu hari ia keluar ke persawahan yang senantiasa ia kerjakan. Ketika berangkat ia singgah di sebuah bangunan yang telah porak poranda di waktu tengah hari dan panas mulai menyengatnya. Ia masuk ke dalam bangunan yang telah porak poranda tersebut sedang ia masih di atas keledainya. Lalu ia turun dari keledai dan membawa sebuah keranjang yang berisikan buah tiin dan satu keranjang lagi yang berisi buah anggur. Kemudian ia berteduh di bawah bayangan bangunan tersebut dan mengeluarkan nampan yang ia bawa. Lalu ia memeras anggur yang ia bawa di nampan tersebut. Lalu ia mengeluarkan roti kering dan mencelupkannya ke dalam perasan anggur tersebut untuk ia makan. Lantas ia merebahkan tengkuknya dan menyandarkan kakinya ke tembok seraya memandang atap rumah tersebut dan memandang segala yang ada di dalamnya yang roboh yang temboknya telah roboh menutupi atapnya. Ia melihat penghuninya yang telah musnah dan tulang belulang berserakan. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?"

Ia bukan berarti meragukan bahwa Allah akan menghidupkannya kembali, namun ia merasa takjub. Maka Allah mengutus malaikat untukmencabut nyawanya, lalu Allah mematikannya selama seratus tahun. Setelah seratus tahun berlalu, sedangkan di kalangan Bani Israil telah terjadi berbagai peristiwa dan kejadian besar.

Ia berkata: Lalu Allah mengutus malaikat kepada Uzair. Malaikat tersebut membuat hatinya agar berakal, matanya yang dapat memandang sehingga ia memahami bagaimana Allah menghidupkan orang yang telah mati. Kemudian malaikat tersebut menyusun jasadnya sedangkan Uzair melihatnya dengan matanya. Kemudian membalut tulangnya dengan daging, rambut dan kulit, lalu ditiupkan ruh kedalamnya. Semua kejadian tersebut ia dapat melihatnya dan berfikir. Setelah selesai ia pun duduk dan malaikat tadi bertanya: " Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab:" Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Sebab ia tidur di siang hari dan dibangkitkan kembali di sore hari sebelum matahari tenggelam. Ia berkata: "Aku tinggal di sini hanya setengah hari saja dan tidak genap satu hari penuh."

Malaikat tadi berkata: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya, lihatlah kepada makan dan minumanmu, yaitu roti kering dan air perasan anggur yang ia peras. Keduanya belum lagi berubah. Seolah-olah dalam hati Uzair mngingkari hal tersebut, maka malaikat tersebut berkata: "Apakah kamu mengingkari apa yang aku katakan kepadamu? Lihatlah keledaimu yang telah menjadi tulang belulang dan telah hancur itu."

Malaikat tersebut menyeru kepada tulang-tulang keledai tersebut dan tulang-tulang tersebut datang dari segala arah. Lalu malaikat tadi menyusun kembali tulang-tulang tersebut dan menumbuhkan bulu dan kulit padanya. Lalu malaikat meniupkan ruh kepadanya sehingga keledai tersebut bangkit dan mengangkat kepala dan telinganya ke langit mengira bahwa hari kiamat telah tiba.

Oleh karenanya, Allah berfirman yang artinya: "Dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". (QS. Al Baqarah: 259)

Yaitu lihatlah kepada tulang belulang keledaimu bagaimana Kami menyusunnya kembali satu sama lain di tempatny semula sehingga ia menjadi susunan tulang keledai tanpa daging. Lalu lihatlah bagaimana Kami membalutnya dengan daging.

Firman Allah Ta'ala (artinya): Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu," untuk menghidupkan yang mati dan yang lainnya.

Lalu Uzair menaiki keledainya untuk mendatangi rumahnya. Namun orang-orang tidak mengenalnya dan ia pun tidak mengenal mereka. Akhirnya Uzair mendatangi rumahnya. Ternyata di rumahnya tersebut terdapat seorang wanita tua yang buta yang berusia seratus dua puluh tahun tengah duduk di rumah tersebut. Wanita tersebut dulunya adalah budak mereka. Uzair meninggalkan kaumnya ketika wanita tersebut berumur dua puluh tahun yang sebelumnya mengenal Uzair. Ketika telah tua maka ia menjadi pikun.

Uzair berkata kepadanya: "Wahai ibu, apakah ini rumah Uzair?" Wanita tersebut menjawab: "Benar. Ini adalah rumah Uzair." Wanita tersebut menangis seraya berkata: "Aku belum pernah mendengar seseorang yang menyebut nama Uzair. Orang-orang telah melupakannya. " Uzair berkata: "Aku adalah Uzair. Allah telah mematikanku selama seratus tahun kemudian menghidupkanku kembali." Wanita tadi berkata: "Subhanallah, kami telah kehilangan Uzair selama seratus tahun dan kami tidak mendengar beritanya lagi." Uzair berkata: "Aku Uzair." Wanita tadi berkata: "Uzair adalah seorang yang mustajab doanya. Ia senantiasa mendoakan yang sakit dan tertimpa musibah untuk diberikan kesehatan dan kesembuhan. Berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihatmu." Bila benar kau adalah Uzair maka aku akan mengenalimu.

Lalu Uzair berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya di kedua mata wanita tadi dan langsung sembuh. Kemudian ia memegang tangannya seraya berkata: "Bangkitlah dengan seijin Allah." Maka Allah menyembuhkan kakinya dan ia pun dapat berdiri seperti sedia kala seolah-olah ia lepas dari ikatan. Ia melihat Uzair dan berkata: "Aku bersaksi bahwa kamu adalah Uzair."

Lalu wanita tadi pergi ke tempat perkumpulan orang-orang bani Israil sedangkan mereka tengah di tempat perkumpulan mereka. Anak Uzair adalah seoarang yang telah berusia seratus delapan belas tahun sedangkan cucunya adalah pemuka di majelis tersebut. Wanita tadi berkata: "Ini Uzair telah datang kepada kalian." Namun mereka mendustakannya. Wanita tadi berkata: "Saya adalah fulanah, seorang budak wanita kalian. Uzair telah berdoa kepada Allah sehingga Allah mengembalikan penglihatanku dan menyembuhkan kakiku. Ia berkata bahwasanya Allah telah mematikannya selama seratus tahun lalu menghidupkannya kembali."

Maka orang-orang pun mendatanginya dan anaknya berkata: "Ayahku memiliki tanda hitam di antara kedua pundaknya." Uzair pun membuka dan ternyata ia benar-banar Uzair.orang-orang Bani Israil berkata: "Di antara kami tidak ada yang hafal Taurat yang telah dibacakan oleh Uzair kepada kami. Namun, Bukhtanashr telah membakar Taurat dan tidak tersisa kecuali sedikit yang dihafal oleh sebagian orang. Maka tuliskanlah kembali untuk kami." Di masa Bukhtanashr, ayahnya Uzair, Sarukha, telah menyembunyikan Taurat dengan cara ditanam di suatu tempat yang tidak yang mengetahui kecuali Uzair. Maka Uzair pergi bersama mereka ke tempat tersebut, lalu menggali dan mengeluarkan Taurat dari dalam tanah. Kertas tersebut telah membusuk dan tulisannya telah terhapus.

Uzair duduk di bawah pohon untuk memperbaharui Taurat, sedangkan orang-orang Bani Israil berada di sekelilingnya. Tiba-tiba turunlah dua anak panah dari langit masuk ke dalam tenggorokan Uzair. Ia pun menyebutkan isi Taurat dan memperbaharuinya bagi Bani Israil. Dari sanalah orang-orang Yahudi mengatakan: "Uzair anak Allah." Karena melihat peristiwa dua anak panah yang turun dari langit tersebut serta usahanya memperbaharui Taurar dan mengurusi segala permasalahan Bani Israil. Ia memperbaharui Taurat di daerah as Sawad di rumah Hizqil. Sedangkan daerah tempat ia meninggal bernama Sayar Abadz.

Ibnu Abbas berkata: "Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta'ala : "Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia." Yaitu Bani Israil. Yaitu ketika ia duduk bersama anak-anaknya yang telah berusia lanjut sedangkan ia masih muda. Sebab ketika anak-anaknya meninggal, ia baru berumur empat puluh tahun. Lalu Allah mengutus seorang pemuda yang sepadan dengan dirinya ketika ia meninggal dunia. Ibnu Abbas berkata: "Ia diutus setelah masa Bukhtanashr." Demikian halnya yang diungkapkan oleh al Hasan. Abu Hatim as Sajastaniy mengungkapkan sebuah syair yang mengandung makna seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Abbas:

Rambutnya masih hitam yang di dahului oleh anaknya

Bahkan didahului oleh cucunya, padahal ia lebih tua

Ia melihat anaknya telah usia lanjut berjalan dengan tongkatnya

Padahal jenggotnya masih hitam kepalanya masih kuat

Anaknya tidak lagi memiliki kekuatan dan tidak memiliki keutamaan di tengah-tengah kaumnya

Sebagaimana seorang anak yang tertatih tatih dan sangat susah

Anaknya telah berusia sembilan puluh tahun

Padahal ia belum genap dua puluh tahun

Sedangkan usia ayahnya baru empat puluh tahun

Cucunya berusia sembilan puluh tahun

Bila kamu mengetahuinya niscaya tidak mempercayainya

Namun bila kamu tidak tahu, maka karena kebodohanlah kamu memiliki uzdur


 

Kenabian Uzair

Yang masyur bahwasanya Uzair adalah seorang Nabi dari Nabi-Nabi Bani Israil. Ia hidup antara masa Nabi Daud dan Sulaiman serta antara Nabi Zakariya dan Yahya. Tatkala di tengah-tengah Bani Israil tidak ada lagi yang menghafal Taurat, maka Allah mengilhamkan kepadanya untuk menghafalnya dan menyampaikannya kepada Bani Israil. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahb bin Munabbih: " Allah memerintahkan salah satu malaikat untuk turun membawa segayung cahaya dan memasukkannya ke dalam diri Uzair. Kemudian Uzair menyalin Taurat huruf demi huruf hingga selesai.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya ia bertanya kepada Abdullah bin Salaam perihal firman Allah Ta'ala: "Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair putera Allah. " kenapa mereka mengatakan demikian ?" Ibnu salaam menyebutkan kepadanya bahwasanya ketika Uzair menulis Taurat dari hafalannya , maka Bani Israil berkata: "Musa hanya bisa memberikan Taurat kepada kita melalui tulisannya, namun Uzair memberikan Taurat kepada kita tanpa tulisan (kitab)." Maka sekelompok orang mengatakan bahwa Uzair putera Allah.

Oleh karenanya manyiritas ulama menyatakan : "Turun-temurunnya Taurat terputus hingga masa Uzair. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Uzair bukan Nabi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Atha' bin Abi Rabah dan al Hasan al Basri.

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Muqatil bin Sulaiman dari Atha' dan dari Utsman bin Atha' al Khurasaniy dari ayahnya. Sedangkan Muqatil dari Atha' bin Abi Rabah, ia berkata: "Pada masanya terdapat sembilan kejadian besar: Bukhtanashr, kebun Shan'a, kebun Saba', Ashabul Ukhdud, Hashur, Ashabul Kahfi, Ashabul Fil, kota Anthakiyah, kejadian Taba'.

Ishaq bin Bisyr berkata: S'id telah mengabarkan kepada kami dari Qatadah dari al Hasan, ia berkata: "Kejadian Bukhtanashr terjadi pada satu masa."

Dalam hadits shahih disebutkan, bahwa Nabi SAW bersabda: "Sayalah yang paling berhak atas diri Isa. Tidak ada Nabi antara diriku dan Isa."

Ibnu Asakir telah meriwayatkan dari Anas bin Malik dan Atha' bin as Saaib bahwa Uzair berada di masa Musa bin Imran. Ia pernah meminta ijin kepadanya, namun tidak diijinkan oleh Musa. Yaitu tentang pertanyaannya tentang takdir, ia pergi sambil berkata: "Seratus kali kematian lebih ringan bagiku daripada kehinaan sekejap."

Ungkapan ini senada dengan isi sebuah syair:

Terkadang seseorang bersabar menghadapi sebuah pedang

Dan kesabaran tersebut mengalahkan rasa takut

Kematian berbekas pada kondisinya

Dan akan melemahkannya untuk menghormati tamu

Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dan yang lainnya dari Ibnu Abbas, Nauf al Bukkaliy, Sufyan ats Tsauriy dan lainnya bahwasanya Uzair pernah bertanya tentang takdir lalu namanya dihapus dari deretan para Nabi, maka riwayat ini adalah munkar. Seakan-akan terinspirasi dari kisah israiliyaat.

Abdur Razzaq dan Qutaibah bin Sa'id telah meriwayatkan dari Ja'far bin Sulaiman dari Ibnu Imran al Juniy dari Nauf al Bukkaliy, ia berkata: "Wahai Rabbku, Engkau menciptakan manusia Engkau sesatkan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki?" Dikatakan kepadanya: "Apakah kamu menolak atas hal ini ?" Kemudian Uzair mengulanginya lagi dan dikatakan kepadanya: "Apakah kamu menolak hal ini, atau Aku akan menghapus namamu dari deretan para Nabi? Aku tidak ditanya tentang apa yang Aku lakukan namun merekalah yang akan ditanya.

Hal ini bukan berarti terjadinya apa yang telah diancamkan baginya sekiranya ia mengulangi pertanyaannya sehingga namanya menjadi terhapus. Wallahu a'lam.

Para ulama telah meriwayatkan selain at Tirmidzi dari Anas bin Yazid dari az Zuhriy dari Sa'id dan Abu Salamah dari Abu Hurairah. Demikian halnya yang diriwayatkan oleh Syu'aib dari Abu Zinad dari al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Seorang Nabi pernah singgah di bawah sebuah pohon, lalu seekor semut menggigitnya. Ia memerintahkan untuk mengambil perbekalannya lalu ia mengeluarkan semut tadi dari bawah pohon kemudian memerintahkan untuk membakar semut tadi dengan api. Maka Allah mewahyukan kepadanya: "Bukankah hanya seekor semut."

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Ibnu Juraij dari Abdul Wahb bin Mujahidn dari ayahnya bahwasanya Nabi tersebut adalah Uzair. Demikian halnya yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan al Hasan al Bashri bahwa Nabi tersebut adalah Uzair. Wallahu A'lam.(diambil dari kisah para Nabi & Rasul)