Sabtu, 15 Oktober 2011

Wayang purwa


 

Wayang purwa
wy=pu/w

Wayang purwa adalah bagian dari beberapa macam wayang yang ada, diantaranya: wayang golek, wayang madya, wayang klitik purwa, wayang wahyu, wayang wahono dan sebagainya.

Wayang purwa sudah ada beberapa ratus tahun yang lalu dimana wayang timbul pertama fungsinya sebagai upacara menyembah roh nenek moyang. Jadi merupakan upacara khusus yang dilakukan nenek moyang untuk mengenang arwah para leluhur. Bentuk wayang masih sangat sederhana yang dipentingkan bukan bentuknya, tetapi bayangan dari wayangan tersebut.

Perkembangan jaman dan budaya manusia selalu diikuti perkembangan wayang, bentuk wayangpun ikut berubah, misal: bentuk mata wayang seperti bentuk mata manusia, tangan bergabung menjadi satu dengan badannya, hal ini dipandang kurang enak maka tangan wayang dipisah. Untuk selanjutnya diberi warna.

Perkembangan wayang pesat pada jaman para wali, diantaranya sunan Kalijaga, sunan Bonang dan yang lain ikut merubah bentuk wayang sehingga lebih indah bentuknya.

Langkah penyempurnaan di jaman sultan Agung Hanyakrakusuma, jaman kerajaan Pajang, kerajaan Surakarta jaman Pakubuwono manyak sekali penyempurnaan bentuk wayang sehingga, tercipta bentuk wayang seperti sekarang ini, dimana telah mengalami kemantapan yang dirasa pas di hati pemiliknya.

Pengaturan wayang

Jumlah wayang dalam satu kotak tidak sama, tergantung pada pemiliknya. Jadi ada wayang yang jumlahnya sampai 400 wayang, 350 wayang, ada juga yang 180, yang kurang dari 180 juga ada. Biasanya wayang yang banyak, wayang yang rangkap serta wanda yang banyak sesuai yang diinginkan.

Pengaturan wayang pada layar atau kelir atau disebut simpingan. Di dalam simpingan wayang ada simpingan kanan dan simpingan kiri.

Yang disimpang pada simpingan kiri adalah sebagai berikut:

  1. Buto Raton ( Kumbakarno)
  2. Raksasa Muda ( Prahasta, Suratimantra )
  3. Rahwana dengan beberapa wanda
  4. Wayang Bapang ( ratu sabrang )
  5. Wayang Boma ( Bomanarakasura)
  6. Indrajit
  7. Trisirah
  8. Trinetra dan sejenisnya
  9. Prabu Baladewa dengan beberapa wanda
  10. Raden Kakrasana
  11. Prabu Salya
  12. Prabu Matswapati
  13. Prabu Duryudana
  14. Prabu Kurupati
  15. Prabu Karna
  16. Raden Ugrasena
  17. Raden Setyaki
  18. Raden Samba
  19. Raden Narayana

Keterangan:

Pada contoh di atas hanya secara garis besar saja. Jadi masih banyak nama tokoh yang tidak dicantumkan.

Wayang Eblekan: yaitu wayang yang masih diatur rapi di dalam kotak, tidak ikut disimping.

Contoh:

Buta Brabah, wayang wanara, wayang kewanan, wayang tatagan yang lain misal: wadya sabrang, buta cakil, dan lain lain.

Wayang dudahan: yaitu wayang yang diletakkan di sisi kanan dhalang.

Contoh: Punakawan, pandhita, rampogan, dewa, dan beberapa tokoh wayang yang akan digunakan dalam pakeliran.


 

Simpingan kanan:

Dimulai dari wayang tuguwasesa diakhiri wayang bayen.

Adapun wayang yang disimping adalah sebagai berikut:

  1. Prabu tuguwasesa (Tuhuwasesa)
  2. Werkudara dari beberapa macam wanda
  3. Bratasena dari beberapa macam wanda.
  4. Rama Parasu
  5. Gatutkaca dari beberapa macam wanda
  6. Ontareja
  7. Anoman dari beberapa macam wanda
  8. Kresna dari beberapa macam wanda
  9. Prabu Rama
  10. Prabu Arjuna Sasra
  11. Pandhu
  12. Arjuna
  13. Abimanyu
  14. Palasara
  15. Sekutrem
  16. Wayang Putran
  17. Bayi

Keterangan: wayang tersebut disimping pada debog atau batang pisang bagian atas. Untuk batang pisang bagian bawah hanya terdiri dari simpingan wayang putren.

Simpingan sebelah kiri terdiri atas:

  1. Buta raton
  2. Wayang butoenom (raksasa muda)
  3. Wayang boma
  4. Wayang sasra
  5. Wayang satria

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat urutan yang diatur seperti dibawah ini:

Arti dan lambang

Jika anda nonton wayang purwa, baik yang dipagelarkan semalam maupun yang digelarkan padat, maka jika direnungkan didalamnya benar-benar terdapat banyak nilai-nilai serta ajaranajaran hidup yang yang sangat berguna. Semua yang ditampilkan baik berupa tokoh dan yang berupa medium yang lain, di dalamnya banyak mengandung nilai filosofi. Secara gampang saja, baru melihat simpingan wayang, orang telah mempunyai penilaian. Bahwa simpingan kanan melambangkan tokoh yang baik, simpingan kiri melambangkan tokoh yang buruk atau jelek. Kalau kita melihat perangnya wayang, wayang yang diletakkan atau diperangkan tangan kiri pasti kalah. Tetapi hal ini tidak semua benar.

Di dalam pedhalangan kita kaya nilai-nilai di dalamnya. Nilai-nilai di dalam pedhalangan diantaranya:

  • Nilai kepahlawanan
  • Nilai kesetiaan
  • Nilai keangkara-murkaan
  • Nilai kejujuran
  • Dan sebagainya
  1. Contoh nilai kepahlawanan ada pada tokoh: kumbakarna, adipati karna
  2. Nilai kesetiaan ada pada tokoh : dewi shinta, raden sumantri ( patih suwanda) dsb
  3. Nilai keangkaramurkaan ada pada tokoh: rahwana, duryudana dsb
  4. Nilai kejujuran ada pada tokoh : puntadewa

Disini masih banyak nilai-nilai lain yang patut ditimba manfaatnya bagi kita semua.

Arti lambang juga terdapat di dalam pakeliran lewat lakon-lakon wayang. Kalau kita mengamati lakon dewaruci, di dalamnya mengandung lambang kehidupan manusia. Di dalam mencapai cita-cita hidup, kita harus dapat melewati beberapa tantangan, kalau kita berhasil mencapai akan mendapatkan buahnya.